Cerita Bokep | Pacarku yang Bernafsu Besar
- Tubuhnya langsing dan padat. Rambutnya pendek ala Demi Moore. Ia
sangat gemar memakai pakaian ketat dan jins ketat. Banyak teman
laki-lakinya yang berhasrat menggagahinya. Salah satunya adalah Romi.
Dian memang cukup supel dalam bergaul dan sedikit genit. Suatu malam
Dian minta Romi mengantarnya ke suatu acara. Dan Romi tahu inilah
kesempatan terbaiknya. Ia telah mempersiapkan segalanya, termasuk obat
perangsang yang sangat kuat, dan sebuah tustel. Maka malam itu sepulang
dari acara sekitar jam 9 malam, Romi sengaja mengambil jalan memutar
lewat pinggiran kota yang sepi.
Dian
terkejut merasakan sesuatu terjadi dalam tubuhnya. Ia merasa
terangsang, sangat terangsang. Dian tak tahu Romi sudah mencampur
minumannya dengan obat perangsang dosis tinggi. Lelaki itu tersenyum
melihat Dian gelisah. Tiba-tiba Romi menghentikan mobilnya ditepi jalan
yang sepi. “Dian, kau mau ini??” Romi tiba-tiba menurunkan
retsletingnya, mengeluarkan penisnya yang talah mengeras dan membesar.
Dian menatapnya terkejut, tubuhnya lemas tak berdaya, “J.. Jaangan.
Romi. Aku.. Harus balik.” Romi menarik kepala Dian, menundukkan gadis
itu, menghadapkannya pada penisnya. Dian tak bisa menguasai dirinya,
langsung membuka mulutnya dan segera saja Romi mendorong masuk penisnya
ke dalam mulut Dian.
“Akhh..” Romi mengerang nikmat.
Dian menangis tak berdaya menahan gejolak nafsunya. Romi mulai
menggerakkan kepala Dian naik turun, mengocok penisnya dengan mulutnya.
Suara berdecak-decak liur Dian terdengar jelas. Tiba-tiba Romi menjambak
rambut Dian hingga Dian tersandar kembali ke jok.
“Sudah..! Romi!! Sudah..!” Dian menangis sesenggukan, terengah-engah.
Tubuhnya lemas. Romi dengan cepat menarik kaos ketat Dian hingga lepas.
Dada Dian yang kencang menculat keluar. Kemudian ia menurunkan
retsleting jins Dian dengan tak sabar, memelorotkannya hingga lepas.
Tubuh Dian yang langsing dan sintal itu kini hanya dibalut bra dan
celana dalam katun hitamnya. Membuat Romi semakin bernafsu.
“Oii Dian, kau ni seksi nian. Aku ingin nelanjangi mu…..”
Romi menarik Dian dan melentangkannya di jok belakang kijang itu. Dian
hanya mampu manangis sambil terengah engah. Romi menarik celana dalam
Dian dengan cepat, kemudian menarik putus branya. Dian telanjang bulat.
Kemudian Romi mengambil sebuah tustel dan memfoto Dian beberapa kali.
Romi membukai pakaiannya sendiri dengan bernafsu.
Dian terus
menangis tak berdaya melihat kemaluan Romi yang besar dan panjang. Romi
mulai mengangkangkan kaki gadis itu kemudian menindihi Dian dengan
bernafsu. Payudara Dian yang kejal dan kencang disedot sedotnya hingga
tubuh Dian menggeliat geliat tak menentu.
“Ahh.. R.. Romi.. S.. Sudahh.. Jangan..”
Melihat Dian menggeliat-geliat, menangis tak berdaya antara menikmati
dan ingin berontak membuat Romi semakin bernafsu. Sementara mulutnya
sibuk mengulum mulut Dian, Romi mengarahkan batang penisnya ke bibir
vagina Dian. Dian hampir menjerit ketika tiba-tiba Romi menekan
pinggulnya keras, batang penisnya yang panjang dan besar masuk dengan
paksa ke dalam tubuh Dian. Romi mulai menggenjot gadis itu. Kedua tangan
Dian ditekannya di atas kepala Dian di atas jok, sementara ia mengayun,
menyetubuhi Dian dengan kasar dan bersemangat.
“Ohhs.. Shh. Oh. Dian. Luar biasa.. Ssh..” Romi mendesis desis nikmat.
Dian hanya bisa menangis tak berdaya, tubuhnya terguncang-guncang
kasar, kijang itu terasa ikut berderit-derit bergerak mengikuti gerakan
mereka berdua. Tiba-tiba Dian merasakan seluruh tubuhnya mengejang dalam
kenikmatan. Dian mengerang dan menjerit keras, kemudian lemas. Ia
orgasme. Sementara Romi tidak peduli terus menggenjot Dian dengan
bernafsu. Batang penisnya basah kuyup oleh cairan vagina Dian yang
mengalir deras.
Romi berhenti bergerak kemudian membalik Dian, menengkurapkankannya.
“Sss.. Sudah Romi. Sss sudah.. Jangan.”
Dian hanya bisa memohon dan menangis pasrah.
Romi tidak peduli, ia mulai membukai lubang anus Dian dengan jari-jarinya.
“Aku ingin nyodomi kau Dian.. Tahan.” Romi terengah-engah bernafsu.
Dian menahan nafas ketika dirasakannya kepala penis Romi yang besar mulai memaksa membuka lubang duburnya yang sempit.
“AAKKHH!! Ampunn. R.. Romi.. AkhhH!! SAKIT!!” Dian meronta hingga Romi terjatuh dari jok.
Secara reflek Dian membuka pintu mobil dan berlari keluar, namun perih
di selangkangannya membuatnya limbung dan tersungkur di semak belukar.
Mereka berada dipinggiran kota Palembang yang gelap dan penuh belukar.
Romi segera menyergap dari belakang, memiting tangan Dian kemudian
mengikatnya. Kemudian menyusul kedua kakinya. Dian tertelungkup tak
berdaya, menangis memohon,
“Ampun Romi.. Jangan..”
Tanpa menunggu lagi Romi kembali menindih punggung Dian, kemudian memaksakan penisnya masuk ke lubang dubur Dian.
“AKHH!!” Dian menjerit kesakitan ketika Romi mendesak masuk, senti demi senti.
“Nikmati ajalah…. Diann.. ssssshhH!” Tiba-tiba Romi menekan dengan
keras, membuat seluruh batang penisnya masuk ke dubur gadis itu.
Tubuh Dian mengejang kesakitan. Pandangannya berkunang-kunang menahan
sakit. Walaupun penis Romi sudah dibasahi cairan vaginanya, masih tetap
terasa seret dan kesat. Kini Romi mulai mengeluarmasukkannya, dan setiap
ia bergerak tubuh Dian mengejang kesakitan. Dian menangis dan mengerang
kesakitan, namun hal itu malah membuat Romi semakin bernafsu
menyodominya dengan kasar. Akhirnya Dian lemas dan hanya bisa merintih
kesakitan. Dian di sodomi ditepi jalan, diatas semak belukar.
Tiba-tiba sekelebat cahaya senter membuat Romi yang tengah bernafsunya berhenti.
“Hei! Lagi ngapain itu!!” Tiga orang bertubuh tegap muncul.
Romi segera mencabut penisnya kemudian berdiri. Dian ambruk kesakitan.
Dian hanya dapat melihat keempat lelaki itu berbicara tak jauh darinya,
menunjuk-nunjuk dirinya sambil tersenyum-senyum. Tiba-tiba Romi menarik
tubuh Dian, mendudukannya, sementara ketiga orang tadi tiba-tiba membuka
celana masing-masing.
“Tolong Pak. Aku diperkosa dia!!”Dian memohon sambil menunjuk kearah romi….
Tapi salah seorang dari orang itu tiba-tiba menjambak rambutnya kemudian mengarahkan penisnya kemulut Dian.
“Aku dak peduli! Sekarang kulum ini! kalau tidak kutembak pepekmu…!!”
Dian menangis ketakutan, ketiga orang itu malah minta jatah. Dengan
terpaksa Dian mulai mengulum dan mengemut batang penis milik orang itu,
sementara dua rekannya dan Romi mendekatinya.
Orang itu menarik
kepala Dian lepas dari penisnya. Penisnya sudah menegang penuh, besar
dan panjang. Mereka membentang terpal ditepi jalan, kemidian orang itu
melentangkan tubuhnya. Temannya mengangkat tubuh Dian dan
mengangkangkannya diatas rekannya tadi. Ketika penisnya tepat berada di
vagina Dian, mereka menarik tubuh Dian hingga penis orang itu masuk
dengan lancar ke selangkangan Dian.
Dian menangis ngilu dan perih.
Dian ditengkurapkan. Sementara vaginanya terus dipompa dari bawah,
seseorang dari mereka memaksa Dian membuka mulutnya dan mengulum
penisnya. Kepalanya dipegang erat-erat kemudian digerakkan maju mundur
dengan kasar. Sementara yang satu lagi meremas remas kedua payudara
Dian, memilin-milin putingnya yang coklat dan runcing. Romi tiba-tiba
berlutut di belakang Dian, kemudian kembali memaksa masuk ke dubur Dian.
Tubuh Dian menegang dan mengejang kesakitan. Jeritannya tertahan karena
mulutnya tersumbat penis.
Dian hanya bisa menangis dan mengerang
merintih tertahan. Romi mulai memompa dubur Dian dengan bernafsu.
Bergiliran dengan orang yang memompa vaginanya dari bawah. Tiba-tiba
Romi mengerang dan menekankan penisnya sedalam-dalamnya ke dalam anus
Dian, bersamaan dengan itu Dian dapat merasakan semburan spermanya
mengisi duburnya. Belum sempat Dian bernafas normal, seorang yang tadi
sibuk dengan payudaranya menggantikan posisi Romi, menduburinya dengan
kasar, dengan bantuan sisa sperma Romi di anusnya. Peluh sebesar jagung
mengalir disekujur tubuh Dian, bercampur dengan peluh pemerkosanya.
Romi mengambil tustel di mobilnya kemudian memfoto adegan Dian yang
diperkosa tiga lelaki bersamaan, disemua lubang ditubuhnya, vagina, anus
dan mulutnya. Dian yang telanjang bulat tengkurap diatas pemerkosanya
yang memeluknya erat, sementara seorang lagi yang tengah mengerjai
duburnya dengan semangat mencengkeram pinggulnya, dan seorang lagi
menjambak rambutnya memaju mundurkan kepalanya, memaksa Dian mengulum
penisnya.
Hingga tiba-tiba kepala Dian dipegang erat, penis
dimulutnya dimasukkan hingga ke tenggorokannya, kemudian cairan sperma
mengalir deras mengisi rongga mulutnya.
“Telenn!! Semua! Cepat! Aakhh!” Dian gelagapan tak bisa bernafas terpaksa menelan semua cairan kental itu.
Cerita Bokep.
Kemudian lagi-lagi cairan sperma memuncrat mengisi dubur dan vaginanya.
Dian pingsan. Ketika sadar ia sudah didalam mobil, berpakaian lengkap,
Romi menyeringai disebelahnya.
Seminggu setelah kejadian di tepi
sungai itu, Dian tengah menunggu rumahnya sendirian. Seluruh isi rumah
pergi menginap di Krian karena ada acara keluarga, kecuali 2
keponakannya yang masih berumur 5 tahun. Jam 9 malam ketika Romi
tiba-tiba muncul.
“Pergi dari sini!” Dian berusaha mengusir Romi.
Namun dengan santai romi mengeluarkan beberap lembar foto dan
diletakkannya di atas meja. Gadis ini miliknya, dan entah mengapa ia
sangat terangsang jika melihat Dian tersiksa.
Dian terpucat melihat
foto-foto yang diletakkan Romi diatas meja. Itu foto telanjangnya dan
foto-foto adegan ketika ia digagahi beramai-ramai oleh orang malam itu.
“Nah, Dian sekarang nurut aja.. Tenang aja, aku janji tidak maen kasar.” Romi menyeringai sambil mengelus paha Dian.
Dian memang disuruh menjaga rumah itu sendirian bersama kedua
ponakannya yang masih kecil yang sudah tidur. Hujan turun deras membuat
udara malam itu dingin menggigit. Dian diam pasrah ketika Romi
menariknya ke belakang.
“Tenang …, kalau tidak nurut fotomu, kusebarkan di kampung kau. Biar tahu kalau kau bisa dientot.”
Romi menarik Dian kedapur, pintu depan belum ditutup. Dian mendesis tak berdaya.
“Tenang ….., Dian. Aku cuma sebentar..”
Romi mulai meraba-raba payudara Dian yang kencang, Dian memang sudah
bersiap tidur hanya mengenakan t shirt dan celana pendek saja. Puting
susu Dian yang runcing tampak menonjol keluar ketika Romi terus
menggerayangi dada Dian. Dian me ng gigil ketika baju kaosnya ditarik ke
atas lepas oleh Romi. Dengan tangannya Romi menarik tangan Dian yang
berusaha menutupi dadanya yang telanjang kemudian mulai menggerayangi
payudara gadis itu dengan mulut dan lidahnya.
Dian hanya dapat
tersandar ketembok yang dingin sambil meringis-ringis ngilu ketika Romi
menggigiti putingnya sementara tangannya dengan leluasa memelorotkan
celana pendek Dian hingga jatuh ke lantai. Romi terbelalak melihat
celana dalam sutra Dian yang berwarna putih dengan motif bunga itu
begitu mini dan seksi. Tanpa menunggu lagi jilatan Romi turun ke perut
Dian yang rata, pusarnya, kemudian lambat laun celana dalam Dian
menyusul jatuh ke lantai. Romi melempar semua busana Dian jauh ke sudut.
Dengan sedikit paksaan Romi membentang paha Dian kemudian menjilati
vagina Dian
“Ohkk..”
Dian terdongak merintih ngilu, antara rasa
nikmat, marah dan malu menguasai dirinya ketika kedua tangan Romi
mencengkeram pantatnya, membuka lebar vaginanya kemudian menjilatinya
dengan bernafsu. Nafas Dian terengah-engah tak terkendali mencoba
menahan dirinya agar tidak terangsang.
Romi berdiri kemudian membuka baju dan celananya, hingga pakaian dalamnya, kemudian memegang penisnya yang panjang dan besar.
“Isep Dian, ayo. Kalau tidak ingin dikasari.”
Dian terpaksa berlutut dihadapan Romi, kemudian mulai menjilati batang
penis Romi. Dian memejamkan matanya kemudian mulai mengocok Romi dengan
mulut dan lidahnya. Romi menjambak Dian kemudian menggerakan kepala Dian
maju mundur, menyetubuhi mulutnya. Suara berdecak-decak terdengar jelas
disela deras air hujan. Dian berusaha semampunya agar Romi puas dan
berhenti, ia menjilat, mengulum, mengocok sebisanya, mengingat film-film
BF yang pernah dilihatnya. Romi mengerang-erang nikmat, tubuhnya sampai
tersandar ke meja dapur,
“Ahh. Ohh. Diann. Kau memang seksi dan pintar.. Ohh..”
Tiba-tiba Romi menarik tubuh Dian kemudian mendudukkannya di atas meja
pantry. Dian hanya diam sambil terengah-engah ketika Romi mengangkangkan
kedua pahanya kemudian mulai menekan pinggulnya. Dian meringis ngilu
ketika penis Romi yang keras dan besar itu menerobos vaginanya. Romi
mulai menyetubuhi Dian, memperkosanya dengan bertubi-tubi. Dian hanya
mendengus-dengus menahan diri. Kedua tangannya mencengkeram pinggiran
meja dengan kencang. Peluh membasahi tubuh mereka berdua. Dian
memejamkan matanya berharap Romi selesai, sementara lelaki itu terus
menyentak-nyentak, mengeluar masukkan rudalnya ke dalam tubuh Dian yang
padat dan langsing.
Dian terperanjat ketika membuka matanya, Ada
lima lelaki bertubuh besar telanjang bulat di dapur itu! Ternyata Romi
membawa teman-temannya dan mereka menunggu di mobil.
” Apa-apaan ini, Romi!!” Dian berontak melepaskan diri.
Tapi ia tersudut disudut ruangan. Keenam lelaki itu mengepungnya.
“Sudahlah Dian. Kalau kau njerit tidak akan ada yang dengar juga.
Paling ponakanmu aja yang bisa dengar……. Pintu depan udah kami kunci,
lampupun udah kami matikan. Kamu pasti dikira sudah tidur.. He.. He.
Nurut aja.., aku janji tidak kasar, …………..!”
Romi dan kelima
temannya menyeringai bernafsu. Tubuh Dian lemas, ia tak dapat melakukan
apa-apa lagi selain pasrah. Tangannya ditarik ketengah ruangan, kemudian
disuruh berjongkok.
“Ayo! Sedot punya kami ramai ramai….!”
Enam batang penis disodorkan diwajah Dian. Dan sambil menangis Dian terpaksa mulai meng’karaoke’nya bergantian.
“Ohh.. Hebat amat…….., pacar kamu ini Rommm…”!!”
“Akhh. Aku.. Nak. Keluarr..”
Srett.. Srrtt..
Kepala Dian dipegangi beramai-ramai sehingga ia terpaksa menelan sperma mereka satu demi satu.
“Katamu segala lubang Dian ini bisa dimasukin..??”
romi hanya tersenyum sambil mengangguk……
“yuuuk kita coba nusuk rame…rame……!!”
Dian menangis mendengarnya, “Jangann.. Ampun.. Sakit..”
Dengan cepat mereka menarik tubuh Dian dan menengkurapkannya di lantai.
Kelima lelaki itu mengeroyoknya, ada yang memegangi tangannya, menahan
kakinya dan menunggingkan pantatnya, ada yang menahan kepalanya hingga
Dian benar-benar tak dapat bergerak. Salah seorang dari mereka mengambil
botol minyak goreng di dekat kompor.
“Kami baik kok, Dian, biar tidak sakit, kami minyaki dulu.”
Yang lain tertawa tawa, Dian dapat merasakan minyak goreng itu
dituangkan dibelahan pantatnya, kemudian terasa jari jemari mereka
mengusap-ngusap pantatnya, membukai lubang anusnya kemudian
menusuk-nusuknya beramai-ramai. Dian menangis dan merintih nyeri ketika
lubang anusnya dibuka paksa oleh jari-jari itu. Setelah dirasa cukup
salah seorang dari mereka mulai berlutut dibelakang Dian tepat dibelahan
pantatnya. Dian hanya dapat melolong dan menangis tak berdaya ketika
dirasakannya batang kemaluan itu melesak masuk ke duburnya.
Dian mulai disodomi dilantai dapur itu. Sebuah penis disodorkan diwajahnya.
“Isep dulu Dian, kalau tidak kami sodomi serempak ………berlima!”
Dian terpaksa mulai megulum-ngulum penis lelaki yang berlutut
dihadapannya. Sementara lelaki yang dengan kasar menyodominya terus
menyentak-nyentak. Dian melihat sekilas salah seorang dari mereka
mengambil sebuah terong panjang besar berwarna ungu dari kulkas.
Tiba-tiba dirasakannya sesuatu yang dingin dan keras menerobos
vaginanya.
“Nghh..!!”
Dian hanya mampu melenguh perih karena
mulutnya terbungkam. Seorang lelaki mengeluar masukkan terong itu ke
vaginanya sementara duburnya disodomi.
“Biar terpake semua lubangnya….!!”
Mereka tertawa-tawa puas. Tiba-tiba lelaki yang sedang menyodominya
mengerang dan menyodok dengan keras. Dian dapat merasakan cairan sperma
yang hangat tumpah di anusnya. Kemudian rekannya segera mengambil alih
posisinya menyodomi Dian. Tiba tiba lelaki yang dari tadi di’karaoke’
oleh Dian berbaring terlentang, dengan isyarat ia me mi nta
teman-temannya menarik Dian ke atas tubuhnya. Kemudian menarik tubuh
Dian hingga penisnya masuk ke vagina gadis itu. Bless.
“Aarhh..!!” Dian mengerang kesakitan, sebelum sebuah penis lagi maenyumbat mulutnya.
Dian kembali diperkosa tiga orang sekaligus. Payudaranya diremas-remas
dengan kasar hingga Dian merasakan sakit bukan hanya dari dubur dan
vaginanya yang dikocok paksa tapi juga dari buah-dadanya yang dipilin
dan diremas dengan kasar. Tiba-tiba kedua tangannya ditarik kemudian
dilumuri minyak sayur. Kemudian dipegangkan pada penis dua lelaki lain.
Dian tertelungkup, dipeluk erat dari bawah, sementara vaginanya dipompa
dengan kasar, seorang lagi menyodominya seperti binatang, seorang lagi
memaksanya menghisap penisnya, menyetubuhi mulut Dian dengan menjambak
rambutnya, sedangkan dua lagi minta dikocok dengan kedua tangan Dian.
Dan setiap salah seorang mencapai kepuasan, yang lain segera
menggantikan posisinya, hingga pagi menjelang. Matahari mulai muncul
ketika Romi menyentak-nyentak dubur Dian dengan keras dan
“Oohh..”
Ia menyemburkan spermanya dipantat Dian. Dian pingsan. Ia tertelungkup
telanjang bulat diatas lantai. Sperma berlepotan di perut, punggung dan
wajahnya.
Mereka tidak sadar jendela terbuka dengan lampu menyala.
Beberapa pemuda di rumah sebelah menyaksikan semuanya. Bahkan mereka
memfoto dan memfilmkan kejadian itu. Bahkan dengan aneh, Romi membiarkan
pintu dapur terbuka ketika pulang.
Keenam pemuda berandal itu
segera bergegas ke rumah Dian. Dian baru saja sadar. Dubur dan vaginanya
perih. Ia tertelungkup di lantai dapurnya, telanjang. Sperma kering
berceceran di sekujur tubuhnya. Ia tersentak ketika lampu blits menyala.
Betapa terkejut Dian melihat enam pemuda tetangganya berdiri
mengelilinginya, sibuk memfoto tubuh telanjangnya sambil menyeringai.
Mereka tersenyum mesum sambil menatap tubuh Dian.
“Ternyata kamu memang hebat….dian…..”
Dian menangis tak berdaya ketika mereka membopong tubuhnya ke kamar
tidurnya. Tubuhnya masih lemas. Dengan mudah tubuhnya ditelungkupkan
diatas ranjangnya.
“Jangann…… ponakan aku bangun.. Jangan..” Dian menangis tak berdaya.
Ia tahu mereka tak segan-segan menyebarkan fotonya. Jika itu terjadi entah bagaimana nasibnya di kampung itu.
“Diem Dian, biarkan kami melakukannya dengan enak…jadi nurut aja……”
Seseorang dari keenam pemuda itu membuka ccelananya. Mengangkat pantat Dian. Kemudian mulai menyodomi anus Dian.
“Uhh uhh! Uhh!” seperti binatang ia mulai menyentak-nyentak dubur gadis itu.
Wajah Dian terbenam diatas kasur, meringis dan menangis tak berdaya,
sementara kelima pemuda lain telah membuka celana masing-masing sambil
mengocok kemaluannya memperhatikan Dian yang terengah engah tak berdaya.
Anusnya perih dan kesat. Hingga tiba-tiba pemuda itu menekan keras.
Dian menggigit seprei menahan sakit. Sperma pemuda itu muncrat mengisi
anus Dian, bertubi tubi.
“Aaahh.. sssssshhhhhhhh……enak…..bennnerrr.”
Ia terkulai lemas. Menarik penisnya dari anus Dian. Begitu pemuda
pertama selesai, yang kedua segera mengganti posisinya. Menyodomi Dian
dengan brutal. Dian hanya bisa melolong tertahan. Tertelungkup sambil
menggigit sepreinya kencang. Keenam pemuda itu menggilir Dian di
pantatnya. Cairan sperma kental mengalir keluar dari duburnya, bahkan
ketika pemuda terakhir mencabut penisnya, Dian tak sadar mengeluarkan
kotorannya. Muncrat bersamaan dengan sperma pemerkosanya.
Mereka berenam tertawa. Dian lemas ketika dilentangkan. Kemudian lelaki yang selesai meyodominya tiba-tiba duduk didada Dian,
“Ayo suruh ngisep ………!” penisnya yang berlumuran kotoran Dian yang
kental kuning dan bau itu disodokkan ke mulut Dian. Sementara rekannya
yang lain memeggangi kepalanya. Dian terbelalak dan meronta ronta.
Lelaki itu menyetubuhi mulutnya. Dan Dian dapat merasakan cairan asam,
pait dan busuk itu memenuhi mulutnya. Dian meringis menahan muntah. Tapi
mereka tak peduli. Dian tergeletak tak berdaya di atas ranjangnya.
Keenam pemuda itu segera keluar. Diluar suasana mulai ramai.
“Dian,
ingat yah kalu kami kepengen kamu harus melayani kami………..!! ……..Setiap
kami ingin!”……. Ancam mereka. Dan Dian hanya sanggup menangis. Sejak
kejadian malam itu Dian tak erdaya……….ia betul betul kehabisan
tenaga…dan dia hanya bisa diam terpaku dirumah sambil merenungi
nasibnya…… Dan Dian tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
suatu
Hari menjelang malam, ketika Dian pulang terburu buru melewati gang
sempit itu. Tiba-tiba lengannya dicekal. Tono, salah seorang yang
memegang fotonya dan yang pernah memperkosanya rame rame bersama romi………
Tono menarik Dian ke balik pagar seng kumuh.
“Jangan Kak. ………..” Dian menangis ketika melihat Tono sudah memelorotkan celananya.
“Terserah, kalau kamu nolak……, foto mu akan tersebar dikampung sini…”
Dian dipaksa berjongkok. ahirnya iapun kembali pasrah…..
“Ayo, isep.”
Dian dipaksa mengoral Tono. Tempat itu adalah bekas pembuangan sampah
yang sudah dipagari seng. Dian dengan jengah memasukkan penis Tono ke
mulutnya, kemudian mulai menyedot dengan cepat, berharap Tono segera
ejakulasi. Tono mencengkeram kepala Dian yang bertopi itu kemudian
menyetubuhi mulutnya. Diluar rumah Dian memang mengenakan topi. Dan hal
itu malah semakin membuatnya merangsang.
“Pelorotkan jins mu Dian..”
Tono menarik Dian berdiri. Dian memang mengenakan kaos ketat dan jins
ketat, walaupun berkerudung. Dian menangis, tapi ia tahu percuma
membantah. Perlahan ia membuka kancing jinsnya kemudian menurunkan
retsletingnya. Tono menelan ludah ketika jins itu merosot ke mata kaki.
Dian mengenakan celana dalam mini berenda.
“Ayo, nunduk! Cepat.”
Dian dipaksa berpegangan pada sebuah bekas meja. Kemudian celana
dalamnnya dipelorotkan menyusul jinsnya. Tono telah ngaceng berat. Tanpa
ba bi Bu lagi ia menyodokkan penisnya ke vagina Dian dari belakang.
“Ukhhnnghh. Nghh!” Dian merasa ngilu di selangkangannya. Tono merasakan
vagina Dian yang kering dan kesat menjepit penisnya, menimbulkan
kenikmatan.
“Jeritlah kalau berani Dian. Uh! Uh! Uh!”
Tono mulai
menyetubuhi Dian. Menyodok nyodok Dian hingga tubuhnya tersentak
sentak. Dian mencengkeram pinggiran meja itu keras, menggigit bibirnya
menahan jeritan kesakitan. Di samping seng terdengar beberapa orang
lewat. Dian mati-matian menahan jgn sampai bersuara. Tono yang melihat
itu semakin bernafsu memperkosa Dian. Kaos Dian digulungnya hingga leher
sehingga ia bebas meremas remas payudara Dia n yang bundar menggantung.
Bahkan Tono mencabut penisnya dan memindahkannya ke lubang dubur Dian.
“Ngngkh!! Nghh!!” Dian menggigit bibirnya.
Hampir terjerit. Dan Tono menungganginya seperti anjing. Hingga,
croott.. Crrt.. Crrt. Spermanya memancar mengisi dubur Dian. Tono
meremas buah pantat Dian dengan keras. Ia mencabutnya perlahan.
“Ohh.. Nikmat Dian. Besok lagi ya he he he.” Tono membenari celananya
sambil menyeringai. Meninggalkan Dian yang terduduk lemas.
Dian kembali termangu…….sampai kapan penderitaanku ini berahir?……
Tamat